Kota Tua Lisbon dan Jejak Arsitektur Moor: Perpaduan Budaya Andalusia dan Portugis di Jantung Ibukota
Kota tua Lisbon menyimpan jejak arsitektur Moor yang khas dalam jalur sempit, azulejo berwarna-warni, dan reruntuhan kastil kuno. Artikel ini mengulas pengaruh kebudayaan Moor terhadap estetika dan sejarah urban ibukota Portugal.
Lisbon, ibukota Portugal yang berdiri megah di tepi Sungai Tagus, bukan hanya kota pelabuhan dan pusat pemerintahan modern, tetapi juga rumah bagi warisan arsitektur dan budaya yang kompleks. Salah satu aspek paling menonjol dari identitas visual dan historis Lisbon terletak di kota tuanya, khususnya kawasan Alfama, yang menyimpan jejak mendalam dari peradaban Moor.
Selama lebih dari 400 tahun, Lisbon berada di bawah kekuasaan Moor—kaum Muslim yang berasal dari Afrika Utara dan mendirikan peradaban di Semenanjung Iberia mulai abad ke-8. Jejak mereka masih terasa hingga kini melalui arsitektur, tata kota, dan seni dekoratif yang menjadi bagian tak terpisahkan dari wajah kota tua Lisbon.
Alfama: Labirin Kota Tua yang Menyimpan Sejarah
Alfama, kawasan tertua di Lisbon, merupakan jantung dari jejak arsitektur Moor di kota ini. Nama Alfama berasal dari kata Arab “al-hamma” yang berarti mata air panas, mengacu pada sumber air alami dan sistem sanitasi yang dibangun oleh Moor.
Ciri khas kawasan ini meliputi:
-
Jalur sempit dan berliku yang dirancang mengikuti kontur bukit, bukan pola grid Romawi.
-
Rumah-rumah kecil bertingkat dengan balkon besi tempa dan jendela sempit.
-
Warna-warna hangat, seperti terracotta dan krem yang mendominasi dinding.
-
Azulejo—ubin keramik berpola rumit—yang menghiasi dinding luar dan dalam rumah, tradisi yang diperkenalkan oleh kebudayaan Islam Andalusia.
Tata ruang Alfama yang organik mencerminkan pengaruh urban Moor, yang menitikberatkan pada adaptasi terhadap alam dan menciptakan ruang yang intim dan komunitas yang erat.
Kastil São Jorge: Simbol Kekuatan dan Transisi Kekuasaan
Di puncak Alfama berdiri Castelo de São Jorge (Kastil Santo George), benteng utama kota Lisbon yang digunakan sebagai pusat kekuasaan oleh para penguasa Moor. Kastil ini awalnya dibangun oleh bangsa Visigoth dan kemudian diperluas oleh Moor pada abad ke-11, sebelum akhirnya direbut oleh pasukan Kristen dalam Reconquista pada 1147.
Sisa-sisa struktur benteng seperti menara, gerbang melengkung, dan halaman dalam tetap mempertahankan gaya arsitektur Moor yang bersifat defensif namun estetis, dengan penggunaan batu lokal dan tata ruang yang fungsional.
Pengaruh Dekoratif dan Arsitektur dalam Budaya Lokal
Arsitektur Moor tidak hanya mencakup struktur bangunan, tetapi juga penggunaan elemen dekoratif yang berlapis makna. Ubin azulejo misalnya, bukan hanya elemen estetika, tetapi juga berfungsi mengatur suhu dalam bangunan dan menceritakan kisah lewat motif geometris dan floral yang khas budaya Islam.
Ciri-ciri arsitektur Moor yang dapat ditemui di berbagai bangunan kota tua Lisbon antara lain:
-
Lengkungan tapal kuda (horseshoe arches)
-
Pilar ramping dengan ukiran rumit
-
Patio dalam rumah yang digunakan sebagai pusat interaksi keluarga
-
Air mancur dan taman dalam (riyad) sebagai elemen spiritual dan fungsional
Integrasi Budaya: Dari Moor ke Portugal Modern
Meskipun pengaruh Moor secara resmi berakhir pada abad ke-12, elemen-elemen budaya mereka tetap hidup dalam bentuk hibridisasi yang membentuk identitas unik Portugal. Gaya arsitektur Manueline, yang berkembang pada abad ke-16, juga banyak mengambil inspirasi dari elemen Moor dan Mediterania.
Lisbon menjadi contoh bagaimana budaya yang pernah bertentangan secara politik dapat bersatu dalam estetika dan warisan arsitektural. Bahkan, banyak festival lokal dan musik tradisional seperti fado yang berkembang di Alfama dianggap memiliki akar spiritual dari ekspresi emosional dan melankoli Timur Tengah.
Tantangan Pelestarian dan Pariwisata
Meningkatnya kunjungan wisata ke Alfama dan kota tua Lisbon membawa peluang ekonomi, tetapi juga tantangan dalam menjaga keaslian kawasan. Proyek renovasi bangunan tua harus tetap menjaga integritas elemen Moor, sambil memenuhi kebutuhan modern. Pemerintah Portugal bekerja sama dengan UNESCO dan komunitas lokal untuk melestarikan arsitektur bersejarah tanpa mengubah karakternya.
Kesimpulan
Kota tua Lisbon adalah cermin sejarah multikultural Eropa, tempat di mana pengaruh Moor bukan sekadar sisa-sisa masa lalu, tetapi bagian hidup dari identitas kota. Dari jalur sempit Alfama hingga ubin azulejo yang rumit, arsitektur Moor menyatu dalam denyut kehidupan modern Lisbon.
Mengunjungi Lisbon bukan hanya perjalanan fisik, melainkan perjalanan melintasi lapisan waktu dan budaya yang telah membentuk wajah Eropa dengan nuansa Timur Tengah yang lembut namun mendalam. Dalam setiap lekuk jalan dan lengkung jendela, jejak peradaban itu masih berbicara—tenang, anggun, dan abadi.